rss

اَللَّهُمَّ انْفَعَنِى بِمَا عَلَّمْتَنِى وَعَلِّمْنِى مَايَنْفَعُنِى وَارْزُقْنِى عِلْمًا يَنْفَعُنِى
“Ya Allah, jadikanlah aku berguna bagi masyarakat dengan ilmu yang Engkau berikan kepadaku dan ajarilah ilmu pengetahuan yang berguna untuk diriku

Kamis, 01 Juli 2010

Pidato Bung Karno Mengganyang Malaysia (Dikutip dari Buku “Dibawah Bendera Revolusi”)


Heboh tentang ulah Malaysia atas pengakuan beberapa khasanah kebudayaan dan wilayah kita membuat suasana menjaedi “hangat”, bahkan reaksi keras seperti “Ganyang Malaysia” muncul dimana-mana. Saya teringat kepada Bung Karno, yang pada tahun 1960 an melakukan konfrontasi dengan Malaysia, berteriak lantang “ganyang Malaysia”, Saya mencoba mencari tahu kenapa Bung karno melakukan itu. Saya coba buka buku “Dibawah Bendera Revolusi”, yaitu buku kumpulan setiap pidato Bung karno. Saya kutipkan secara utuh sebagian Pidato Bung karno tentang Malaysia waktu itu (saya tidak bermaksud apa-apa, hanya sekedar mengingatkan sejarah yang pernah terjadi antara kita dengan Malaysia), sebagai berikut : Sebab musababnya kita hendak mengganyang “Malaysia”, sudah sering saya paparkan dimuka umum. Penginjak-injakan Manila-Agreement oleh Tengku, kepalsuan penyelidikan Michelmore, gegabahnya U Thant atas dasar Michelmore itu, fait accomple Proklamasi Malaysia pada 16 september 1963 sebelum “penyelidikan” selesai, dan lain-lain sebagainya, sudah cukup luas saya pidato dimana-mana. Tetapi yach, masih saja ada pihak yang belum mengerti mengapa Republik Indonesia as a matter of principle berkonfrontasi terhadap “Malaysia” dan masih saja ada yang dengan cara ini cara itu memberikan sokongannya kepaeda neo kolonialisme “Malaysia” itu.

Saya membaca misalnya baru-baru ini lampiran salah satu badan PBB, dan disana dikatakan “per capita income” dari penduduk Malaysia itu lebih tinggi daripada Indonesia. Bermacam-macam caranya orang membaca statistik ! Kalau statistik PBB itu dijual kepada orang-orang yang bodoh dan goblok, tentu saja ia bisa laku. Tetapi kepada kita dikatakan :”Penduduk” Malaysia ? Penduduk yang mana ? ya, penduduk yang mana ? Penduduk pribumikah ? Penduduk jelata melayukah ? berapa puluh prosen dari national income itu yang dicaplok oleh raja-raja melayu dan kapitalis-kapitalis koumintang, dan berapa prosen saja yang bagian melayu rakyat jelata ? Lagi pula, kalau ada “kemakmuran” tetapi tidak ada kemerdekaan dan tidak ada demokrasi, maka itu namanya “kemakmuran” kolonialisme, itu tandanya kolonialisme tulen, itu buktinya kolonialisme mentah -mentah dan telanjang.


Perlawan di Malaysia - Singapura hari ini belum hebat, bukan karena rakyat tak mau melawan, tetapi karena mereka habis ditindas secara bengis, kejam, biadab oleh kaum kolonialis Inggris dengan abdi dalem-abdi dalemnya seperti Tengku, Razak, seperti Kai Boh, seperti Gazali dan lain sebagainya. Lagi pula, kalau hari ini perlawan ini belum hebat, siapa berani bilang bahwa besok dia tidak akan hebat ? lihatlah pejuang-pejuang Kalimantan Utara, yang sejak Proklamasi 8 desembernya tahun 1962 melakukan perjuangan bersenjata yang bekerja sama dengan sukarelawan-sukarelawan Indonesia, dan yang benar-benar mengkalang kabutkan strategi dan taktik-taktik militer Inggris dan antek-anteknya.
Merdeka tidaknya suatu negeri, selain bisa dilihat dari struktur ekonominya, dari politik dalam dan luan negerinya, dan sebagainya, juga bisa dilihat dari kualitet penguasa-penguasanya. Negeri yang diperintah oleh Komprador-komprador imperialis tak mungkin negeri yang merdeka !. Ambilah misalnya Konggo. Kalau tempo hari kita pergi ke Konggo, dan kita lihat yang berkuasa disana Patrice Lumumba, yang bukan saja bukan komprador, tetapi seorang patriot besar, maka itu sudah pertanda Konggo merdeka. Tetapi kalau sekarang kita kesana dan ternyata Tsombe yang berkuasa, orang gila mana yang percaya bahwa negeri itu sudah merdeka !.
Tengku Abdul Rahman adalah tulen antek-antek imperialis, yang demikianlah antek imperilais…….. Tapi sebaik-baiknya antek, nasibnya tidaklah lebih daripada nasib antek ! lupakah kita pada Syngman Rhee yang kemudian dikorbankan oleh tuan-tuannya ? Lupakah kita pada Ngo Dien Diem, yang kemudian direlakan oleh majikan-majikannya ? untuk memakai expresi Amerika. Antek-antek itu sepeti “Paper tissues which one uses once and then throws away”. Dipakai satu kali saja, kemudian dibuang lagi sebagai sampah.
Saya kutipkan kembali bagian pidato Bung Karno yang saya ambil dari buku “Dibawah Bendera Revolusi jilid 2?, dan sekali lagi ini bukan provokasi, semata-mata kilas balik sejarah kita kenapa Bung Karno dulu mencanangkan Konfrontasi dengan Malaysia :
…………………
Nah, bagaimana sekarang dengan konfrontasi kita dengan Malaysia itu ? Tidak bisa kita sekarang ini membicarakan Malaysia tanpa membicarakan situasi di Asia tenggara dan diseluruh asia umumnya. Tidak bisa saya katakan, karena Asia tenggara saat ini sebenar-benarnya sedang menjadi pusat telengnya kontradiksi-kontradiksi dunia. Kontradiksi antara sosialisme dan kapitalisme terdapat dibagian dunia sebelah sini itu dalam bentuk-bentuk yang tajam. Juga kontradiksi antara kerja dan kapital (arbeid en kapitaal). Kontradiksi yang dalam Gesuri kunamakan “Innerlijke conflicten” daripada imperlialisme dunia. Apalagi kontradiksi antara bangsa-bangsa yang baru merdeka, bangsa-bangsa terjajah dan setengah terjajah, dengan imperlialisme ,– di Asia tenggara inilah kontradiksi itu paling tajam. Lagi pula kontradiksi ini yang penyelesaiannya berarti memotong garis hidup imperialisme dunia, adalah kontradiksi yang paling genting, paling menentukan, didunia kita dewasa ini.
……………………………
Korea, Vietnam dan Indonesia sama-sama membebaskan diri dari imperialisme di bulan agustus 1945. Kemudian bersama-sama pula kami bertiga mengalami agresi-agresi kolonial kaum imperialis. Belanda di Indonesia, Perancis di Vietnam, Amerika di Korea. Tetapi kami tak pernah gentar, kami tak sudi dijual kepala. Karena itu kami berikan perlawanan dimana kami harus berikan perlawanan. Dengan perjuangan yang prinsipil dan konsekwen inilah maka Irian Barat berhasil kami bebaskan tahun yang lalu. Tetapi “Irian Baratnya” Korea dan “Irian Barat”nya Vietnam, yaitu bagian selatan negara-negara mereka kini belum bebas. Beberapa waktu yang lalu saya katakan kepda Ny. Prof Nguyen Thi Bich dari Front Pembebasan Vietnam Selatan doa saya, agar rakyat Vietnam bersatu kembali dalam kemerdekaan. Dan serangan Amerika ataupun Vietnam utara sekarang inipun kami kutuk, dengan sekeras-kerasnya. Dan aku pun mendoakan Korea lekas bersatu kembali dalam kemerdekaan.
Tetapi apakah dengan bebasnya Irian Barat, Republik Indonesia sudah aman dan bebas dari ancaman-ancaman imperialis ? Tidak, jauh daripada itu “Malaysia” masih dipasang di depan pintu R.I., “Malaysia” masih membentantg dimuka rumah Republik Indonesia, sebagai anjing penjaganya imperialisme. Fakta-fakta militer disekitar kita baru-baru ini ikut-ikut pula membicarakan soal kita, tapi zonder seizin kita !. Kita dikepung terang-terangan oleh kaum imperlialis dari segala jurusan.
Tetapi kita tidak gentar, kita tidak takut. Memang saudara-saudara jangan gentar, jangan takut ! Berjalanlah terus, ganyanglah terus “Malaysia” itu meski ia ditolong dan dibantu oleh sepuluh imperialis sekalipun.
Demikianlah beberapa kutipan pidato Bung karno saat kita berkkonfrontasi dengan Malaysia. Sekali lagi ini hanyalah sejarah, tidak ada maksud membuka luka lama kita dengan Negara tetangga manapun.
Terima kasih. ( Unang Muchtar )

0 komentar:


Posting Komentar

Situs Jual Beli Populer

Best Sponsored

Sponsored by

SMS GRATS

Fans Blogger Unsika

Blogger Karawang
 

Google Adsense

followers

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
by : BTF