rss

اَللَّهُمَّ انْفَعَنِى بِمَا عَلَّمْتَنِى وَعَلِّمْنِى مَايَنْفَعُنِى وَارْزُقْنِى عِلْمًا يَنْفَعُنِى
“Ya Allah, jadikanlah aku berguna bagi masyarakat dengan ilmu yang Engkau berikan kepadaku dan ajarilah ilmu pengetahuan yang berguna untuk diriku

Kamis, 01 Juli 2010

SEKILAS SEJARAH ROKOK


Di nusantara sejarah rokok yang paling tua konon kabarnya ditemukan di Kudus dalam bentuk rokok kretek. Penemunya adalah Haji Djamhari pada kurun waktu sekitar 1870-1880-an. Konon, pada waktu itu Djamhari merasa sakit pada bagian dada karena menderita penyakit asma. Ia lalu mengoleskan minyak cengkeh pada bagian tubuhnya yang sakit. Ternyata sakitnya pun reda. Berdasarkan pengalaman tersebut, Djamari pun lantas bereksperimen dengan memotong-motong cengkeh kecil-kecil (merajang) dan mencampurnya dengan rajangan tembakau untuk kemudian dilinting menjadi rokok. Dari bunyi rokok yang 'kemeretek' pada waktu diisap tersebut kemudian lahirlah nama 'rokok kretek'.

Sayangnya, Djamhari keburu wafat sebelum dapat meraup kekayaan dari rokok kretek. Temuan Djamhari ini yang menyebar dari mulut ke mulut ini kemudian diteruskan oleh salah seorang warga Kudus lain, yaitu Nitisemito. Ia menjadikan rokok sebagai industri rumahan untuk diproduksi massal pertama kalinya di Indonesia. Pada tahun 1908 perusahaan Nitisemito mendapat ijin dari Pemerintah Hindia Belanda dengan merk Bal tiga. Setahun kemudian Nitisemito mulai membuat rokok kretek dan di tahun inilah sebenarnya rokok kretek tumbuh menjadi industri, meski masih berupa home industri yang dikerjakan Nitisemito dan keluarganya.

Maka untuk pertama kalinya pada waktu itu, rokok kretek temuan Djamhari dijual tanpa bungkus dengan harga sekitar 2,5 sen seikat (25 batang ukuran kecil) dan 3 sen seikat untuk 25 batang ukuran besar. Kesuksesan Nitisemito kemudian banyak ditiru orang, sehingga antara tahun 1915 -1918 bermunculan ratusan pabrik rokok kretek baru tidak hanya di Kudus tetapi juga di Semarang, Surabaya, Blitar, Kediri dan Malang. Sehingga tidaklah berlebihan bila rokok kretek penciptanya adalah orang Indonesia.

Jan Pieterzoon Coen (Hoorn, 8 Januari 1857 – Batavia, 21 September 1629) memang bos para saudagar yang bergabung di kumpeni. Maka pantaslah dia menjadi merek cerutu yang beredar di Hindia Belanda.


PERKEMBANGAN rokok kretek di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari tanaman tembakau dan cengkeh. Campuran kedua yang kadang-kadang dicampur lagi dengan kemenyan, merupakan rokok kretek khas Indonesia.

Suatu hal yang menarik bahwa pada mulanya orang merokok bukan karena gengsi, aksi atau berhubungan dengan penampilan, bahkan kejantanan. Semua perokok mengatakan bahwa persekutuannya dengan rokok selalu diawali dengan rasa muak, batuk, pusing, dan perasaan tidak enak lainnya, tetapi toh mereka bersekutu juga dengan rokok. Meskipun bau asap rokok kretek sangat menyengat dan tidak mengenakkan bagi hidung orang Barat, tetapi orang bergurau itulah yang menyebabkan orang Barat mencari cengkeh dan menjadikannya salah satu ekspor utama Hindia Belanda.

Industri rokok kretek di Indonesia diperkirakan berkembang pada 1870 sampai 1880-an. Bentuk-bentuk rokok pada masa itu tidak seperti sekarang. Kretek dengan klobot merupakan kretek paling umum digunakan orang. Pada zaman Jepang atau tahun 1940-an beberapa merek rokok yang terkenal antara lain Kooa dan Mizuho, kemudian ada juga yang agak murah yaitu merek Semangat dengan tembakau yang konon bercampur dengan daun sawo yang dikeringkan (Fuad Hasan, 1987: ix).

Perusahaan rokok kretek pertama di Indonesia adalah perusahaan rokok Mari Kangen di Sala, yang kemudian disusul oleh perusahaan rokok Sampoerna di Surabaya. Pada awal abad XX banyak perusahaan rokok kretek beroperasi di Kudus. Salah satu perusahaan yang terkenal adalah perusahaan rokok cap Bal Tiga yang dikelola oleh raja rokok Nitisemito. Sejak 1928 terjadilah perubahan penting dalam industri rokok kretek di Kudus, yaitu meluasnya wilayah industri menuju distrik Kudus, Tenggeles, Cendono, dan beberapa wilayah lain di Jawa.

Pertengahan abad XX distribusi rokok kretek mulai menyebar ke luar pulau Jawa. Selain itu, orang juga mengenal jenis rokok sigaret kretek (papier sigaretten), rokok kretek yang dibuat dengan menggunakan alat pelinting dan bahan pembungkus dari kertas (Onghokham, Amen Budiman, 1987: 114).(website)



0 komentar:


Posting Komentar

Situs Jual Beli Populer

Best Sponsored

Sponsored by

SMS GRATS

Fans Blogger Unsika

Blogger Karawang
 

Google Adsense

followers

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
by : BTF